Saturday, January 22, 2011

Senyummu Kusimpan di Hatiku

Tanggal 5 Januari 2011 adalah tepat 7 bulan hubunganku dan Dia. Selama 7 bulan, kami melewati tawa,canda,tangis,cemburu,dan amarah bersama. Dari itu,kami menjadi pasangan yang tegar menghadapi setiap masalah. Kepercayaan adalah modal utama karena jarak yang cukup jauh memisahkan raga kami.

Ada jarak sekitar 15 kilometer ,Dia tak segan menemuiku meski jarak serta berbagai kesibukan Dia jalani. Atlet olahraga dayung dan ketua salah satu program pramuka adalah kegiatan Dia yang paling menyita waktu. Aku juga harus-harus ekstra sabar menghadapi Dia,karena setiap kegiatan yang dilakoni akan menyita tenaga dan mendapatkan lelah. Tak jarang,Aku dimarahi,disindir,dicueki,dan berbagai hal lain yang jarang dikendalikan saat seseorang sedang lelah. Aku mengerti,sangat mengerti. Meskipun terkadang apa yang Dia lakukan menyakitkan.

Dia adalah semangatku, semangat untuk bisa terus belajar menjadi yang terbaik. Dia juga yang membuat aku tegar menghadapi berbagai konflik antara Aku,Orang tua ku,dan sahabat-sahabatku. Dia adalah tempat curhat yang sangat aman. Dia tak pernah membocorkan apapun yang menjadi rahasiaku. Dia baik,meski terkadang menjengkelkan.
Hubungan kami dipererat melalui telepon selular dan tanpa sepengetahuan Orang tua. Jarang kami bermain kata dengan mengetik keypad. Sekali lagi karena jarak,kami jarang bertemu. Ditambah,kegiatanku sebagai seorang siswa SMA juga tidak kalah sibuk dengan kegiatan Dia sebagai siswa sekolah kejuruan. Baiknya,aku bisa membagi waktu. Kapan waktu untuk Dia. Kapan waktu untuk belajar. Dan kapan waktu untuk Istirahat.


Dia pernah kerumahku,bercengkerama dengan Ibuku. Dengan membawa alat dayung berupa kayu panjang bercat hijau yang hendak Dia gunakan latihan bersama sahabat karibnya. Berjaket biru dengan wangi parfum khas yang hingga sekarang masih terbayang wanginya. Tubuh tinggi,dengan postur kekar dan wajah yang sederhana. Motor dengan stiker band favorit kami, serta sebuah senyum manis sebagai penyejuk pagi itu. Masih teringat,saat kau tidak berani memanggilku “sayang’’ karena malu dengan Ibuku.

‘‘Masih teringat saat kau menghina kantung mataku yang menghitam karena sering tidur larut malam. Masih teringat,saat itu Aku membawa buku bahasa Jepang yang menjadi mata pelajaran untuk Ulangan Akhir Semester hari itu. Aku ingat semuanya,aku ingat dengan sangat jelas. Namun,aku tak pernah menyangka bahwa itu adalah kunjungan pertama dan terakhir bagimu ke rumahku”.

10 Januari 2011, aku sedang sakit. Demam disertai flu yang cukup menyiksa. Pukul 18.00 WIB aku menelepon Dia. Tak ada firasat,tiba-tiba Ibu datang sambil memarahiku habis-habisan. Handphone yang aku gunakan untuk mengangkat telepon dibanting begitu saja. Hancur,pecah,dan rusak. Malam itu juga,aku yang dalam keadaan masih belum sembuh disidang oleh kedua orang tuaku. 


Malam itu dipenuhi isak tangis. Ibu berkata bahwa Dia kecewa padaku. Sangat kecewa. Aku diharuskan menyudahi hubunganku dengan Dia. Menghapus semua tentangnya dan tidak lagi memberitahukan keberadaanku padanya. Aku yang salah,sudah beberapa kali aku diperingatkan agar tidak bertelepon atau mengangkat telepon dari Dia. Namun,aku masih membandel karena aku kira hubunganku dengan Dia tidak akan menggangu pelajaranku di sekolah. Ternyata pendapatku berbeda dengan pikiran Ibu,selama ini aku kira Ibu mendukung hubungan kami. Tapi,inilah yang terjadi.

Mulai malam itu,Aku memutuskan untuk menyudahi semuanya. Aku memohon pada Dia agar Dia mengerti. Aku tahu Dia tak akan mau melakukan ini,namun mungkin ini yang namanya takdir. Aku masih sangat mencintai Dia,Aku yakin Dia pun begitu. Aku menyuruh Dia untuk melupakanku. Harus melupakanku meskipun Aku sendiri takkan bisa melupakannya. Aku memintanya untuk pergi dariku meskipun aku tahu tak kan bisa aku bernafas tanpanya.

Terima kasih,Sayang untuk semua pengorbananmu padaku.
Terima kasih,untuk semua cinta dan kasihmu padaku.
Ma’afkan aku yang telah mengajakmu masuk ke duniaku
Yang membuatmu sakit seperti ini.
Ma’afkan juga aku yang selama ini sering membuatmu menangis.
Akan kusimpan senyummu itu,
Senyum yang kau berikan hanya untukku.
Aku percaya,suatu hari nanti kau akan tanyakan dimana senyummu itu.
Dan aku akan selalu menjawab.
Bahwa senyummu ada di hatiku.
Selalu ada di hatiku.






Untuk Dia tercinta



Rio Agustin

No comments:

Post a Comment