Tuesday, November 15, 2011

Si Putri Kecil (Nostalgia Sekolah Dasar)

Inspired By Halaman Putih tentang cerita masa SD Beliau yang menggugah hati untuk menyimak. Cerita runtut nan berisi yang mengandung banyak kenangan personal. Berniat menulis serupa dengan gaya menulis yang Putri punya.

Putri Kecil, Usia 3 tahun
Aku adalah putri pertama dan satu-satunya anak perempuan di silsilah keluarga besar nenek atau dengan kata lain semua saudara kandung dan sepupuku adalah laki-laki. Karena lingkungan serta faktor pendukung yang seperti inilah Aku tumbuh sebagai gadis tomboy. Nelangsa rasanya saat boneka di rumah harus dibiarkan tergeletak gara-gara nggak ada yang menemani Aku main boneka. Bagiku dulu, mainan sekelas pistol, kelereng, kartu, robot-robotan dan mobil-mobilan jauh lebih laris daripada harus bermain boneka yang monoton. Sering aku ditantang beradu panco dengan kakak sepupuku, dan aku yang selalu jadi pemenang. Mainan asyik selanjutnya yang aku kenal adalah karambol, dengan tepung yang senantiasa menunggu sebagai hadiah kekalahan.

kelas 1-3 SD
Hari Kartini, kelas 2  SD, Terpaksa banget pake kebaya -terlalu cewe-
Habit-ku yang seperti ini kiranya tak berhenti ketika Aku duduk di bangku sekolah dasar. Putri masih saja menjadi gadis yang kelaki-lakian. Bahkan saat mulai mengenakan kerudung pun, tingkah ku masih tak karuan, sangat hyperaktif - mungkin hingga sekarang-. Namun Alhamdulillah, prestasi yang membanggakan sudah mulai terukir sejak kelas 1 sekolah dasar. Di daulat sebagai wakil ketua kelas, mengikuti berbagai ekstrakulikuler dan ikut lomba, sampai dikirim keluar kota. Dan mulai mengukir ranking 1 pada setiap penerimaan rapor.

kelas 4-6 SD
Ada kejadian lucu yang tak akan pernah lupa olehku, disaat aku duduk di kelas 4 sekolah dasar. Dulu, aku jaim-nya luar biasa, lebay banget, sampai temenku nggak ada yang boleh nyontek jawabanku saat ulangan -pelit banget dah pokoknya-. Seorang temenku cowo, Adi, duduk di bangku depanku. Waktu itu sedang ulangan dan Adi berusaha menyotek pekerjaanku. Aku jelas melarangnya, namun laranganku tak digubris. Akhirnya, Bruaaakk. Aku tonjok muka Adi dengan tangan kananku sampai nangis. Guruku yang menjaga ulangan menghampiriku sambil geleng-geleng kepala. Dengan mimik serius, Aku berusaha membela diri dan menyalahkan semua kesalahan pada Adi yang masih terus menangis. -Dasar Preman-

Kelas 5 SD, prestasiku sempat turun dan mendapat ranking 2, waktu itu raport diambil sendiri oleh murid. Aku yang kebagian mengambil pulang sambil menangis tersedu-sedu -sepanjang jalan dari sekolah ke rumah- karena rankingku turun. Mungkin karena dulu Aku mulai sibuk, Aku di daulat sebagai ketua grup Pramuka (sulung), sekaligus Pratama, sekaligus ketua kelas. Ya, dari mulai kecil aku sudah dibiasakan menjadi penanggung jawab banyak hal. Dan sebagai Pratama, Aku berhasil memenangkan berbagai penghargaan bidang kepemimpinan pramuka, Alhamdulillah yah. Dan selain di Pramuka, pada kelas 5 SD, Aku menjadi juara kedua siswi teladan antar SD, pialanya masih ada di rumah hingga sekarang. Di kelas 5 juga, aku berhasil membawa piala yang tingginya waktu itu hampir sama dengan tinggi ku -lebay-, juara 1 lomba cerdas cermat antar sekolah dasar. Bangganya jadi kelas 5 SD. :))


Piagam yang Didapat, entah yang mana yg dapat di SD


Namun, semua kesenangan selama SD harus terenggut oleh keseriusan di kelas 6. Kelas 6 merupakan kelas dimana persiapan UNAS mulai terlihat, guru-guru gentor mengecas kami dengan soal-soal dan menggrojok dengan Try Out. Mulai saat itu Aku sudah jarang menuai prestasi. Malah ada hal yang menjengkelkan saat duduk di kelas 6, Seorang murid baru masuk kelas kami. Entah darimana asalnya rasa, tapi belum 2 bulan dia di kelas kami, dia sudah berani mengutarakan yang namanya "C.I.N.T.A" Padaku. Ya Allah, nggak nyadar apa ya, wong masih pada ingusan semua sudah  berani ngajak pacaran. Aku malu, sedih, marah, nyampur jadi satu. Dan akhirnya, Aku pulang dengan nangis -lagi-.

Ini ceritaku, Apa ceritamu??

No comments:

Post a Comment