Sebelum memutuskan menulis artikel ini, Saya kira komunitas Alay sudah musnah. Karena banyak media yang meliput pergerakan komunitas ini dan jelas-jelas menetapkan bahwa Alay termasuk kegiatan negatif kalangan remaja.
Alay mulanya hanya diperuntukkan oleh mereka yang mempunyai perilaku hiperaktif, suka melebih-lebihkan kalimat, dan penggunaan bahasa yang tidak pada mestinya. Namun kelamaan, Alay menjadi salah satu trending yang cukup populer. Banyak yang menganggap Alay sebagai gaya hidup, tren anak muda, masa transisi dari remaja menuju dewasa, alias kalau nggak Alay, nggak Gaul? What? unbelievable opinions, but trust me, much people have that arguments.
Menurut sifatnya, Alay hampir mirip dengan komunitas ‘lebay’ lain yang lebih dulu lahir di negeri sakura, Jepang. Absolutely Harajuku, komunitas dengan dandanan super aneh dengan stasiun Shibuya sebagai basecamp. Gaya mereka sangat menarik perhatian hingga banyak turis mancanegara yang jauh-jauh datang ke Shibuya hanya untuk membuktikan sendiri keunikan mereka. Harajuku juga dikenal lengket dengan Jepang, hampir seperti budaya modern gagasan anak muda dan menjadi inspirator banyak pemusik terkenal untuk berdandan serupa.
Back to the topic, kita bandingkan dengan komunitas Alay yang ada di tanah air. Komunitas ini sering muncul sebagai talent di acara-acara musik stasiun televisi swasta. Dengan ciri khas antara lain sebagai berikut:
- Memakai baju warna menyolok. Seperti; kuning terang, merah muda, oranye.
- Perpaduan baju dan celana kontras. Seperti; Kaus kuning, celana ketat warna merah.
- Memakai aksesoris berlebihan. Seperti; Memakai kacamata dalam ruangan, berkalung ekstra panjang dan liontin besar, bandana besar yang sangat mengganggu pandangan yang melihat, memakai gelang ekstra besar dengan warna menyolok.
- Make up berlebihan.
- Selalu berusaha di depan kamera.
- Menari dengan enerjik –walaupun bukan lagu beat- sambil memasang muka seimut mungkin di depan kamera.
- Sok kenal dengan pembawa acara.
Selain menampakkan diri sebagai talent, Alay sering muncul di situs-situs jejaring sosial (Facebook) dan terbilang cukup aktif. Cara mengidentifikasi tentu lebih mudah karena segala aktifitas yang mereka lakukan juga menggunakan bahasa yang Alay. Berikut ciri-cirinya:
- Menggunakan nama-nama panjang, rumit, dan sangat tidak jelas. Seperti; VaayJrsmuntilan Ceuecubbyjugadudulz Jrsceriapart II, Akkuechie Arriezz Arregboeanyuouriebbkidoel
- Menggunakan nama yang jelas tidak penting. Seperti; Shanty Melupakandth Massa Lallu, Cassis Omen Retax Jrs-Gazerock, Akknurull Ceeuueegkkiiaankk Cllallullolaagk
- Menggunakan nama-nama yang PD nya keterlaluan. Seperti; Oktha Chabie Louphly
- Sering komen nggak jelas dan dengan bahasa yang alay pula. Seperti; jeyeccccccccckkkkkkkkkk :), Ouw Ctu tha,aqw Taw Tp Ckrg Dh Lp.ud Lm G kcn Coale.
- Jika status mereka di-like, mereka akan ke status terdekat kita atau mengirim dinding. Yang isinya; Muakacii yhaa daagh diee likee. J
- Paling suka kalau WTW (Wall to Wall) dengan orang sampai wallnya penuh dengan pesan anak tersebut. Semakin ramai, Alay semakin bangga dan berpikir Facebooknya ramai.
Dan, dalam pergaulan sehari-hari, baik di sekolah maupun di tempat umum. Mereka sering terlihat seperti ini:
- Make up berlebihan
- Tak malu untuk making up di depan umum. Seperti; bedakan di muka umum, pake lipstik di kopsis, menyisir rambut di depan mushola.
- Aksesoris yang menyolok. Seperti; Bros yang terlalu besar, kerudung dengan hiasan yang berlebihan, cincin dengan mata yang ukurannya besar.
- Sering membawa alat tak penting ke sekolah. Seperti; roll rambut, kikir kuku, lotion.
- Hobi coret-coret bangku, pagar, dan tembok sekolah. Apalagi dengan kata-kata khasnya; Hubby luphh Hunny muaach muuachh <3
- Sok-sok bicara dengan bahasa inggris, padahal waktu pelajaran bahasa inggris hanya bisa diam. Ditanyain guru juga belum tentu bisa menjawab.
- Suka menirukan celoteh artis sinetron maupun penyanyi yang sedang naik daun. Seperti; virus Syahrini dengan “Alhamdulillah yah, sesuatuu”
- Sok ikutan tren, padahal belum tentu tahu tujuannya. Seperti; ikut tren tatoo, ikut tren game online.
Dari penjabaran diatas, tentu kita tahu bahwa Alay ada disekitar kita. Bahkan ciri-ciri yang Saya tulis diatas merupakan ciri-ciri beberapa teman Saya sendiri. Mohon maaf sebelumnya untuk teman-teman yang merasa dirinya Saya sebut. Saya hanya berharap agar jumlah penderita Alay semakin hari semakin berkurang. Agar generasi penerus bangsa tak melulu disibukkan dengan performa belaka. Salam Anti Alay dan semoga bermanfaat.
Image: Suryopod.blogspot.com dan erickningrat.wordpress.com
No comments:
Post a Comment